Wednesday, February 18, 2009

Marketing in crisis??Siapa Takut??

Marketing In Crisis…Siapa takut!!

Wah kaya judulnya bukunya Renald Kasali ya…hahaha emang sih, ceritanya di kantor kemaren ada seminar gt, yang ngisi Renald Kasali judulnya Marketing in Crisis sama persis kaya bukunya yang di launch tahun ini (Udah kali ya), kayaknya bukunya kerenz deh yah…setelah sukses dengan Change habis itu Rechange ur DNA Code..nya..weeew
Cuma mau sumbang opini lah..
Ditengah krisis begini yang katanya daya beli masyarakat menurun, pengangguran merajalela, banyak perusahaan yang hidup dari sector ekspor misalnya furniture dan prkebunan. Kenyataannya fakta bahwa Amerika merupakan Negara tujuan ekspor kedua teah mengalami heavy crash ….dan yah daya beli menurun lah, pengangguran aja uda gila gilaan mencapai 7,6 persen bow kurang lebih…

Kadin pun sudah berkoar-koar bahwa aka nada penurunan ekspor sebanyak 20% weeeeeeeeewww…
Trus gimana dunk pemasaran ditengah krisis?
Hehehe ya udah lah gampangannya, tau krisis kok bingung, lets make preparation aja..krisis itu sebenarnya kaya dua mata pisau,

-antara perusahaan bangkrut, Versus perusahaan yang merebut pasar perusahaan yang bangkrut-
-antara hilangnya kebutuhan Karena penurunan daya beli Versus munculnya kebutuhan substitusi baru dari konsumen-
-antara ekspor yang menurun Versus opportunity untuk strategi dumping n mulai memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri, it mean pasar ekspor bisa dialihkan ke dalam negeri lho-

Hehe kalo dikaitkan dengan data konsumsi listrik yang katanya berkurang sampai 12,6%, otomotif turun 30, PHK dan segala multiple effect laiinya ….sampa kakek George Soros bilang kalo kerugian dunia total bisa mencapai $42,6 T (Duit semua tuh??)…emang sih krisis kayaknya heboh banget deh.
Makanya dalam marketing principles sendiri ada dua point of view yaitu dalam kondisi yang grwth atau crisis. Alternatif strategi bisa disipakan untuk kondisi crisis misalnya downshifting (path to simplicity), dan downcosting (menganalisa struktur cost nya, dan mencari pos fix cost yang bisa di conver ke variable cost karena variable cost sifatnya lebih fleksibel) Keuntungannya; misalnya harus mengurangi produksi bisa langsung diikuti dengan pengurangan biaya lain yang mengikuti..jadi gak ada istilahnya pos pos junk cost dalam struktur biaya. (yang masalah cost gini anak keuangan lebih tau deh). Pokoknya low cost position dah!!
Yang jelas dalam krisi gini, saya setuju sama pak Renald Kasali yang bilang “ Actually crisis is the turning point, toward life or death”
Yeah turning point, krisis merupakan sebuah path yang mengantar pada dua pilihan yaitu better life atau worst life”…jika kita terjerumus menjadi worst berarti ada yang menjadi better …weeeww
Crisis itu sebenarnya seperti virus!, (wah apalagi nih), entah benar or gak, tapi terkadang krisis itu aka berbeda dampak, sesuai dengan sudut pandang yang kita pakai.
Jika kita memandang krisis adalah sebuah hal yang truly horrible ,makan ya..kita akan jadi seperti itu…n semua akan jadi challenges jika kita berpikir bahwa krisi is all about that…hehe pernah dengar kan peribahasa assumsion is the mother of confusion…banyak asumsi jadi banyak pertimbangan maka jadinya redundancy (kebanyakan informasi yang gak relevan dan hanya menunda keputusan)
Keep fighting of Crisis!
Erina

1 comment:

  1. mba ririnn,, baca tulisan mu ini serasa ndengerin diri mu yg ngomong langsung..
    kyk cpet2 bgt..

    direvisi donk bu.. yg lebih ter-struktur gtu.. biar aku nya mudeng.. kan lintas jurusan, hihihi..

    love ur blog btw..
    it's soooo you..

    .dinda.

    ReplyDelete