Wednesday, December 2, 2009

Menginstitusionalkan Ide

Menginstitusikan Ide dalam Sebuah Perusahaan
Saat ini adalah eranya Kompetisi, semua perusahaan dalam berbagai jenis industri tengah menghadapi sebuah kompetisi. Bicara masalah kompetisi maka akan bicara masalah strategi perang, pie market share, kompetitor , inovasi, kompetensi dan banyak lagi.
Katakanlah saat ini kompetisi telah dipandang sebagai sebuah masalah besar bagi semua perusahaan bukan hanya bagi yang berposisi sebagai follower atau pemain tingkat dua di pasar, tapi juga bagi perusahaan kelas kakap sekalipun.
--------If Competition is a BiG problem..how it will be solved??-----------
kompetisi boleh dipandang sebagai sebuah MASALAH, namun tidak untuk dianganggap sebagai hal yang selalu harus dihindari. Kenyataanya masalah bisa diolah menjadi sebuah GENERATOR atau trigger dalam melahirkan IDE-IDE atau KREATIVITAS.
Einstein menemukan teori Relativisme setelah menemukan discrepancy antara elektromagnetik dan fisika. Picasso menemukan cara menggambar bidang tiga dimensi ketika dia menemukan masalah saat menggambar ruang dalam kanvas dua dimensi. Inilah kisah yang harus di jadikan inspirasi bahwa masalah merupakan tempat produksi ide-ide kreatif, yang nantinya bermuara ke Company Improvement.
Permasalahan seputar kompetisi yang muncul harus dipandang secara professional dan proporsional. Profesional berarti perusahaan harus memandang kompetisi as problem for whole company, bukan individu atau manajemen atas, dan bukan pula masalah per departemen atau bagian yang berada pada gendera perang kompetisi paling depan. Sedangkan, proporsional berarti memandang kompetisi dengan mempertimbangkan banyak aspek secara seimbang dan aktual, proporsional juga memperhatikan bahwa dalam menganalisis masalah harus bersih dari stereotype, dan adopsi cara pandang atau manajamen sistem blue chip company secara serta merta.
Perusahaan terdiri dari banyak orang. Setiap level dan section berisi orang-orang yang berbeda baik secara budaya, cara pikir, serta historical treatment yang dalam setiap career profesioanalnya, Inilah yang merupakan kantong-kantong produksi ide yang luar biasa.
Permasalahannya seringkali ide bahkan bahkan dalam level individu tidak bisa dimanajemen dengan baik. Ide merupakan zat yang sporadic, bisa muncul dimana saja kapan saja dan oleh siapa saja. Oleh karena itu, sebuah perusahaan berhak untuk mengintitusikan ide dari setiap personelnya.
Institutionalizing Idea berari bagaimana membuat sebuah institusi yang tersirat dan tersurat dalam sebuah perusahaan sebagai usaha dalam manajemen ide. Menginstitusikan ide lebih dari Generating Idea. Pembuatan institusi ide berarti juga melibatkan perusahaan dala upaya untuk membangun culture dan pondasi-pondasi ekstrinsik lainya untuk encouraging idea baik dalam level individu, team, sampai departemen sebagai bagian terbesar. Pondasi ekstrinsik ini merupakan supporting condition, yang dibutuhkan dalam membangun system konkret dan output yang jelas. Ide tidak hanya di generate namun perlu untuk dilembagakan. Ide bisa muncul dengan mudah namun, bisa secara cepat lenyap tanpa dilembagakan (Institutionalized) dengan baik.
--------------------- How make Ideas Institutionalized?------------------------
Melembagakan Ide akan menuntu perusahaan dengan komitmen dan konsistensi yang besar. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Is the Committee of Ideas Institutionalizing aware?
Hal yang paling dibutuhkan dalam Institutionalizing ideas adalah seberapa besar awareness dari komite dalam rangka Institutionalizing Ideas. Komite disini adalah para manajer-manajer puncak yang seyogyanya mengerti akan potensi Ide-ide yang muncul dalam setiap individu dalam wilayah nya. Pemimpin harus secara terus menerus mengerti bagaimana menggali ide-ide dari bawahannya. beberapa treatment bisa dilakukan sesuai dengan karakter lingkungan kerja dan bawahannya.
Terkadang penting juga bagi para pemimpin dalam menciptakan kejenuhan-kejenuhan secara proporsional karena kejenuhan merupakan hal penting untuk mendongkrak kondisi dan melahirkan ide baru.
Sebuah kesalahan besar bagi para pemimpin jika tanpa sadar telah menciptakan sebuah rutinitas tanpa dinamisasi yang pada akhirnya mengkebiri potensi ide dari bawahannya. Pekerjaan sekarang harus diselesaikan sesuai dengan bagaimana pekerjaan itu diselesaikan pada saat sebelumnya. Inilah sebuah paradigma yang salah, karena keadaan yang terus berubah, sehingga masa lalu tidak lagi relevan untuk dikerjakan atau dijadikan acuan. Jang terjebak dengan penghambaan terhadap pengalaman.
Atasan yang terlalu memberikan batasan kepada bawahan dengan alasan kewibawaan juga akan terjebak dalam karakter komunikasi kaku dan protokoler. dalam situasi seperti ini bawahan akan merasa ada barrier dalam menyampaikan gagasan dan ide.

2. Manage Individualism, Why Not?
Individualism, di sisi lain memiliki arti positif. Potensi keberagaman dalam sebuah perusahaan dari tiap individu mengacu pada individualism dari tiap individu itu sendiri. Individu berangkat dari perbedaan suku, agama,dan sederetean history yang menarik sampai pada titik mereka semua bertemu di sebuah perusahaan. Inilah modal dalam mengumpulkan perbedaan cara pandang dalam memeperkaya khasanah pemikiran saat dihadapkan pada masalah yang kompleks. Individualism akan mendorong seseorang dalam mempertahankan ide tentu secara professional bukan emosional. Inilah yang diharapkan akan membuat sebuah konflik atau gesekan dalam proses bisnis atau kegiatan, dan konflik tersebut merupakan treatment demi pendewasaan organisasi yang baik.

3. Strengthen the Knowledge Management
Knowledge Management meruapakan sebuah konsep tentang membangun budaya berpengetahuan dari semua bagain dalam sebuah perusahaan. Secara teori adalah bagaimana cara untuk merubah Tacit menjadi Explicit knowledge. Knowledge Management merupakan sebuah hal yang sangat krusial untuk perusahaan yang memiliki struktur besar dengan sekte fungsi yang bermacam-macam, hal in memungkinkan terjadinya Cross Function diantara fungsi bagian. Dengan adanya Cross Function ini, maka konsumen bagi sebuah departemen adalah departemen yang lain, begitu sebaliknya. Usaha departemen atau tim dalam memuaskan konsumen di lingkup perusahaan akan menciptakan sinergitas yang baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Di sinilah diperlukan knowledge Management dalam konteks internal perusahaan. Apa yang terjadi dalam departemen lain merupakan pengetahuan penting bagi department lainnya.
Usaha dalam membuka wacana ini memerlukan ruang-ruang komunikasi baik formal maupun informal, banyak cara yang bisa dipilih untuk membangun budaya knowledge management. Tempat-tempat karyawan dalam bertukar ide dan berita harus diidentifikasi dan di gali lebih jauh. Beberapa parameter tentang sejauh mana Knowledege management diimplementasikan harus ditetapkan, agar terus menerus bisa dilakukan improvement.
Knowledge management merupakan pra kondisi dalam institutionalizing ideas, pengetahuan serta ruang yang cukup dan tepat akan membawa ke sebuah system ide dalam perusahaan.
4. Tools for recording
Ide bisa muncul dimana saja dan kapan saja oelh siapa saja. Ide yang brilliant kadang muncul dan hilang begitu saja. Untuk itulah butuh adanya system recording terhadap ide-ide yang pernah muncul. Jika bicara Institutionalizing maka akan bicara bagaimana tools yang akan digunakan untuk membudayakan itu. Mekanisme yang digunakan bukan lagi masalah Top-Down atau Buttom-Up. Namun, lebih pada mekanisme sharing dalam sebuah tim termasuk dari bawahan ke atasan. Tools harus ditunjang dnegn infrastruktur teknologi dan pemberian kebebasan dalam menuliskan sesuatu. Diadakannya sebuah program-program tertentu misalnya “Free Writing”, atau “Free essay” terkait masalah yang dihadapi, sehingga perusahaan bisa mengambil insight secara lebih dalam terkait. Ini meruapakan kegiatan yang menarik dan perlu di dokumentasi secara professional.

Erina

No comments:

Post a Comment